Hidup untuk Membangun Masjid, atau Membangun Masjid untuk Hidup ?
Prof. Zainuddin menerima buku karya dari Akbar Zainudin
MasWasis.com, Surabaya, 2 Agustus 2012 – Sekitar 500 Civitas Akademika UMSurabaya terkesima dan mengernyitkan kening, ketika Prof. Zainuddin melontar sebuah pertanyaan yang sangat sederhana namun syarat makna. ‘Hidup untuk Membangun Masjid, atau Membangun Masjid untuk Hidup?’. Ungkapan pertanyaan tersebut disampaikan Prof. Dr. Zainuddin Maliki, M.Si., Rektor UMSurabaya, pada kesempatan menjadi nara sumber dalam acara Baitul Arqom yang diselenggarakan di Auditorium Gedung A UMSurabaya, Selasa (2/8/2012).
Beberapa peserta Baitul Arqom diminta jawaban atas pertanyaan tersebut, ada yang menjawab, ‘membangun Masjid untuk hidup’, dengan jumlah suara yang seimbang sebagian menjawab,’hidup untuk membangun Masjid’. Ternyata kedua jawaban mempunyai jumlah yang seimbang. Nah, mana yang benar ?
Yang menarik, peserta terbelah menjadi dua atas pertanyaan tersebut. Manakala ada peserta yang memberikan jawaban, peserta yang tidak setuju langsung memberikan komentar sinis, begitu juga sebaliknya. Suasana semakin hidup salingmemberikan komentar nyelethuk saur manuk dan bikin tidak ngantuk meski sedang berpuasa. Prof. Zainuddinpun tidak segera memberikan jawaban yang benar, malah ada kesan mempermainkan emosi peserta.
Akhirnya Prof. Zainuddin memberikan jawaban yang cukup jitu dengan alasannya. “Yang benar jawabannya, membangun masjid untuk hidup,”. Menurutnya sekarang ini masjid sudah menyebar ada dimana-mana, masjid yang sudah ada tersebut harus mampu dimanfaatkan seoptimal mungkin, baik untuk kepentingan akhirat maupun kesejahteraan di dunia.
Di dalam alqur’an telah termuat berbagai ilmu yang bisa dipelajari untuk kepentingan dunia dan akhirat. Hakikat membangun masjid untuk meningkatkan kulitas hidup, masjid sebagai sarana untuk memperbaiki kehidupan.
Lantas Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur tersebut mengungkapkan sebuah contoh kasus, pada sekitar tahun sembilan puluhan ada sebuah masjid di daerah Gempol Pasuruan, tidak jauh dari masjid tersebut ada seorang yang berprofesi sebagai penambal ban. Namun hingga kini penambal ban tersebut masih tetap berprofesi sebagai penambal ban. Apa artinya ? Penambal ban tersebut tidak menggunkana masjid sebagai sarana meningkat kualitas hidup tetapi hanya untuk menunaikan kewajiban sholat. Itulah sebabnya, sebaiknya umat Islam membangun masjid untuk hidup, untuk menyiapkan hidup di akhirat dan meningkatkan kesejahteraan hidup di dunia.
Di bagian lain Unsur Pengarah Masyarakat Profesional (UPMP) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tersebut menyampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan pengembangan kompetensi pelayanan prima. Menurutnya ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melayani costumer. Pertama, datang ke kantor lebih awal 15 menit sebelum jam kerja. Kedua, pertahankan sikap yang profesional setiap saat. Ketiga, bersikap positif terhadap komentar yang negatif. Keempat, berinisiatif untuk menangani pekerjaan yang baru. Kelima, produktif baik kualitas maupun kuantitas. Keenam, menghargai kontribusi orang lain. Ketujuh, mengerjakan tugas di luar jam kerja (lembur) merupakan hal yang wajar.
Sesi dialaog dipandu langsung oleh Pemban Rektor III Dra. Mas’ulah, MA. Tampak hadir Permbantu Rektor II Dr. Dr. Sukadiono, MM., para Dekan, dan Kaprodi, serta Kepala Lembaga di lingkunagn Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Sesi berikutnya tampil sebagai pembicara Drs. Nurcholis Huda Msi. (Wakil Ketua PWM Jatim) dan Akbar Zainudin (UIN Jakarta) hingga menjelang buka puasa. (wm-01)