Berbekal Iman, Ilmu, dan Amal, Kelas Menengah Muhammadiyah Melakukan Perubahan dan Pembaruan
MasWasis.com, Malang, 11 Agustus 2012 – Menurut Bank Dunia kenaikan jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia cukup signifikan, berdasarkan batasan pengeluaran per orang.
Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. Zainuddin Maliki, M.Si., Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya) ketika menyampaikan materi dalam Kajian Ramadhan yang diadakan oleh Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Kegiatan rutin tahunan yang diikuti para Pimpinan Muhammadiyah dari tingkat PCM, PDM, dan PWM tersebut digelar di UMM Dome selama dua hari (11-12/8/2012).
Dalam kesempatan tersebut Prof. Zainuddin mengungkapkan, pada tahun 2003 kelas menengah di Inondonesia berjumlah hanya 81 juta jiwa. Namun menurutnya, setiap tahunnya sebanyak 7 juta jiwa ‘naik kelas’ sehingga kelas menengah pada tahun 2010 menggelembung menjadi 131 jiwa.
Selanjutnya Guru Besar Sosiologi Politik Umsurabaya tersebut membandingkan data dari BPS, pada tahu 1999 angka kemiskinan di Indonesia tercatat 23,4 % atau setara dengan 47,9 juta jiwa. Sedangkan pada tahun 2010 angka kemiskinan di Indonesai turun drastis menjadi 13,3 % atau sama dengan 31,02 %.
Di bagian lain, Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur mengutip beberapa pakar dari berbagai belahan dunia yang mendifinisikan makna masyarakat kelas menengah, antara lain Anthony Giddens berpendapat ‘kelas menengah adalah mereka yang karena pendidikannya dan kualifikasi teknisnya dapat menjual tenaga dan pikirannya untuk mencari penghidupan yang hasilnya secara materi dan budaya di atas buruh’. Sedang Max Weber berpendapat,’kelas menegah tiada lain adalah lapisan masyarakat yang lebih terididik, berkesadaran literasi tinggi, beretos kerja ulet, tidak mudah putus asa, rasional, dan agen perubahan’.
“Sayangnya kelas menengah di Indonesia mempunyai tingkat kepatuhan terhadap peraturan sangat rendah,” tambah Rektor UMSurabaya ini dihadapan sekitar lima ribu peserta Kajian Romadhon. Lantas Prof. Zainuddin memberikan beberapa contoh; masyarakat Indonesia banyak yang tidak bisa antri, menjadikan semua tempat merupakan tempat sampah atau asbak, bangga bisa menerabas jalur bus way. Selain hal tersebut, kelas menengah di Indonesia mempunyai karakter negatif lainnya yakni konsumtif, apolitis, dan koruptif.
Lantas kelas menengah Muhammadiyah mempunyai karakter agak berbeda yakni merupakan pelaku tajdid, pelaku perubahan dan pembaruan bermodalkan iman, ilmu, dan amal.
Menurut Prof. Zainuddin, dengan bermodalkan iman, ilmu, dan amal, kelas menengah Muhammadiyah diharap mampun mengambil peran dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karakter negatif dari kelas menengah pada umumnya di Indonesia harus mampu ditinggalkannya.
Nara sumber lainnya yang mèmberikan materi dalam Kajian Romadhon ini antara lain Dr. Ishadi SK, M.Sc. dengan topik ‘Indonesia Menuju Tahun 2030’, Prof. Dr. H.A, Malik Fajar, M.Sc. dan Prof. Dr. Syafig Mugni, MA. dengan topik’Peneguhan Idiologi Muhammadiyah di tengah Idiologi Lain’. Sedang hasil Sidang Tanwir Muhammadiyah yang berlangsung beberapa waktu yang lalu disampaiakan oleh Sekretaris PWM Jatim, Drs. Najib Hamid, M.Si.
Event tahunan PWM yang dibuka langsung oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Din Syamsudin ini dihadiri pula Gubernur Jawa Timur Pak De Karwo, para Pimpinan PWM, Pimpinan PDM, dan Pimpina PCM se Jawa Timur, dan Pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah se Jawa Timur.
Selain Prof. Zainuddin, dari UMSurabaya tampak hadir, Pembantu Rektor I Dr. Mahsun,Pembantu Rektor II Dr. dr. Sukadiono, MM, Pembantu Rektor III Dra. Mas;ula, MA, dan Mantan Rektor UMSurabaya Dr. Nyoto Adam, M.Si. (wm-01)